Moment Akikah Azka, Sabtu 16 April 2016

Sebagai wujud rasa syukur kepada Allah S.W.T, maka setiap umat Islam melakukan akikah atau tradisi prosesi gunting rambut dengan syarat menyembelih hewan ternak setelah selesainya proses persalinan kelahiran seorang anak. Sebagai keluarga kecil yang baru, kami pun melaksanakannya sesuai sunnah rasul.

Catatan diary ini tentang tasyakuran akikah anakku, Azkaraynar Wiranugrah S. Luma, yang penuh kebahagiaan, Doa syukur, dan Berkah. Dengan harapan kelak ia menjadi anak Sholeh, Sehat, Cerdas, Berbakti kepada Orang tua juga Berbakti kepada Nusa dan Bangsa Aamiin Ya Rabbal Alamiin...

Oh ya soba diary, Hukum akikah merupakan sunnah muakkad, artinya sunnah dan ibadah yang diutamakan bagi umat yang mampu sehingga dilakukan pada waktu tepat. Namun begitu, karena bukan wajib, maka yang tidak mampu akikah boleh ditinggalkan tanpa menimbulkan dosa. Syariat untuk melakukan akikah ditemukan pada hadist-hadist Nabi Muhammad SAW. Untuk syarat hewan akikah yaitu domba atau kambing dalam keadaan sehat, serta berumur minimal satu tahun.

Dilansir NU Online, akikah bagi anak laki-laki disunnahkan dua ekor kambing. Hal ini berdasarkan riwayat Ummu Kurz al-Ka’biyyah ra yang bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai akikah: “Sunnah untuk disembelih (beraqiqah) dua ekor yang sama bagi anak laki-laki dan satu ekor kambing bagi anak perempuan.” (Abu Ishaq al-Sirazi, al-Muhadzdzab fi Fiqh al-Imam asy-Syafi’i, Bairut-Dar al-Fikr, tt, juz, 1, h. 241). Maka kami pun menyiapkan 2 (dua) ekor kambing sesuai sunnah yang dianjurkan Nabi.

Dalam adat masyarakat Mongondow, Akikah disebut Dilla’sallama yang berarti syukuran. Akikah sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta dan anak yang diakikah didoakan agar hidupnya akan lebih baik. Akikah sampai sekarang masih dijalankan oleh orang mongondow yang beragama islam.

Dalam pelaksanaan akikah masyarakat Mongondow, Kelapa muda digunakan sebagai wadah tempat penyimpanan rambut bayi yang digunting, agar anak itu umur panjang dan senantiasa sehat selalu. Selain kelapa, digunakan juga air dalam gelas agar rambut si bayi tidak akan berhamburan. Setelah itu kelapa yang digunakan akan digantung di depan rumah atau area sekitar rumah.

Dengan digantungnya kelapa muda, bertanda di dalam rumah tersebut ada anak yang sudah diakikah dan mudah diketahui oleh masyarakat luas bahwa keluarga tersebut beragama islam. Alat dan bahan lainnya yang digunakan dalam ritual akikah selain Kepala Muda dan Segelas air antara lain : Gunting, sisir, cermin, bunga, baki dan kalung.

Pada zaman nenek moyang, konon ketika anak belum diakikah belum bisa dibawa keluar dari rumah atau belum boleh diajak jalan-jalan. Masyarakat Mongondow meyakini hal ini adalah Poton (pantangan) dan tidak baik buat si bayi. Dalam adat mongondow akikah anak tidak ditentukan mengenai hari akan dilaksanakannya akikah. Kalau Orang tua dan keluarga bayi sudah memiliki kelebihan pasti akan dilaksanakan. Cerita orang-orang mongondow dahulu kala jika di depan atau area sekitar rumah belum digantungkan kelapa, belum bisa diketahui oleh orang sekitar bahwa keluarga tersebut beragama islam.
Jiow kampung yang memimpin Akikah Azka, aku memanggilnya Papa Pita.


Tepat di hari Sabtu, tanggal 16 April 2016, 2 bulan sejak kelahiran putra Kami yang pertama, dilakukan akikah yang ditandai dengan penyembelihan 2 (dua) ekor kambing dan syukuran dengan mencukur rambut si Azka. Pemotongan 2 ekor kambing diawali dengan membaca doa dan membawa baki yang berisi sisir dan cermin di sekitar hewan sembelihan. Aku pun belum mengerti kenapa harus ada sisir dan cermin, mungkin sebagai simbol untuk merias hewan sembelihan kali ya?

Dipimpin seorang Jiow dan tua-tua kampung (Guranga Lipu'), kambing disembelih. Dilanjutkan dengan pembacan Barzanji atau tradisi bersholawat dengan menggendong Azka dan mengitari para jemaah yang bersholawat, para tetua kampung yang hadir sambil menggunting rambut si Azka.

Ayah menggunting rambut Azka


Kambing yang telah disembelih, kemudian dimasak dan diolah. Proses masak-memasak ini dilakukan oleh ibuku dan keluarga-keluargaku yang hadir. Setelah diolah menjadi gulai kambing dan olahan sate kambing serta olahan daging lainnya, aku dan suami mengantarkan semuanya ke sebuah yayasan/pondok pesantren yang terletak di Jalan AKD Desa Kopandakan, Yayasan Panti Asuhan “Pononiungan” Bolaang Mongondow.

***

اللهم احْفَظْهُ مِنْ شَرِّالْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَأُمِّ الصِّبْيَانِ وَمِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَالْعِصْيَانِ وَاحْرِسْهُ بِحَضَانَتِكَ وَكَفَالَتِكَ الْمَحْمُوْدَةِ وَبِدَوَامِ عِنَايَتِكَ وَرِعَايَتِكَ أَلنَّافِذَةِ نُقَدِّمُ بِهَا عَلَى الْقِيَامِ بِمَا كَلَّفْتَنَا مِنْ حُقُوْقِ رُبُوْبِيَّتِكَ الْكَرِيْمَةِ نَدَبْتَنَا إِلَيْهِ فِيْمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَلْقِكَ مِنْ مَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ وَأَطْيَبُ مَا فَضَّلْتَنَا مِنَ الْأَرْزَاقِ اللهم اجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ وَأَهْلِ الْخَيْرِ وَأَهْلِ الْقُرْآنِ وَلَا تَجْعَلْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ أَهْلِ الشَّرِ وَالضَّيْرِ وَ الظُّلْمِ وَالطُّغْيَانِ

Allahummahfadzhu min syarril jinni wal insi wa ummish shibyani wa min jami’is sayyiati wal ‘ishyani wahrishu bihadlanatika wa kafalatika al-mahmudati wa bidawami ‘inayatika wa ri’ayatika an-nafidzati nuqaddimu biha ‘alal qiyami bima kalaftana min huquqi rububiyyatika al-karimati nadabtana ilaihi fima bainana wa baina khalqika min makarimil akhlaqi wa athyabu ma fadldlaltana minal arzaqi. Allahummaj’alna wa iyyahum min ahlil ‘ilmi wa ahlil khairi wa ahlil qur’ani wa la taj’alna wa iyyahum min ahlisy syarri wadl dloiri wadz dzolami wath thughyani.

Artinya: Ya Allah, jagalah dia (bayi) dari kejelekan jin, manusia ummi shibyan, serta segala kejelekan dan maksiat. Jagalah dia dengan penjagaan dan tanggungan-Mu yang terpuji, dengan perawatan dan perlindunganmu yang lestari. Dengan hal tersebut aku mampu melaksanakan apa yang Kau bebankan padaku, dari hak-hak ketuhanan yang mulia.

Hiasi dia dengan apa yang ada diantara kami dan makhluk-Mu, yakni akhlak mulia dan anugerah yang paling indah. Ya Allah, jadikan kami dan mereka sebagai ahli ilmu, ahli kebaikan, dan ahli Al Quran. Jangan kau jadikan kami dan mereka sebagai ahli kejelekan, keburukan, aniaya, dan tercela.

0 comments:

Posting Komentar

Hai sobat diary... Terima kasih sudah berkunjung ke diaryku. Semoga tulisannya bermanfaat. Jangan lupa beri Komentar, bisa saran atau tanggapan dari tulisanku sebagai bahan evaluasi nanti. Sering-seringlah mampir ke Diaryku ya? Aku pasti akan melakukan kunjungan balik ke blog teman-teman dan menjalin persahabatan.

Salam
Naya

Komentar Sahabat

Sahabat Diary