Cerita di Hari Raya Idul Fitri 1446 H

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H

Taqabbalallahu minna wa minkum. Sebening embun pagi, sejernih hati yang suci, mari kita leburkan segala kesalahan dengan saling memaafkan. Idul Fitri adalah momen untuk kembali pada kesucian, memperkuat silaturahmi, dan menebar kebaikan. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H, mohon maaf lahir dan batin. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan di setiap langkah kita. Aamiin

Hai Diary... Tahun 2025 ini, kami berlebaran di Kampung Halaman suamiku, Kelurahan Buladu, setelah 3 (tiga) tahun berturut-turut lebarannya di Kampung halamanku. Walau gak ada yang super spesial, namun momen bahagia keluarga kecilku kali ini aku bagikan ke teman-teman Diary

Pulang Kampung Part 1

Mungkin aku agak berlebihan dengan rasa kangenku akan kampung halaman saat Lebaran. Mudik jadi agenda wajib setiap tahunnya, dan terkadang jadi ajang perdebatan antara aku dan suami. Selain aku sangat ingin bertemu dan silaturahmi dengan keluarga, aku juga rindu masakan mama dan kukis Lapis legit Napolotein.

Kalau di Kampung halaman semua serba mama yang buat, sehingga aku kembali merasakan nikmatnya menjadi anak tanpa beban pikiran mengurus rumah tangga, urus anak, masak memasak dan lain-lain. Pokoknya jadi ratu di kampung halaman deh…

Tahun ini pun demikian, namun suamiku menentukan lebaran pertama di kampungnya, Kelurahan Buladu. Alasannya sudah 3 (tiga) tahun berturut-turut kami berlebaran di Upai. Awalnya aku kurang setuju. Tapi Aku gak bisa egois, batinku. Maka, untuk lebaran tahun ini sudah pasti aku ikut maunya suami dulu.

Kami mudik 1 hari menjelang lebaran Idul Fitri, Sabtu siang tanggal 29 Maret 2025, langsung menuju rumah orang tua suamiku di Kelurahan Buladu, Kecamatan Kota Barat. Kedua anabul kesayanganku ras Mainecoon ku titipkan ke tempat penitipan kucing (Cat Hotel), yang 3 (tiga) ekor lainnya tetap di rumah, dijagain oleh anak tetangga, Indra.

Tiba di rumah ortu menjelang Buka Puasa. Kami langsung buka puasa bersama dan Alhamdulillah masih merasakan nikmatnya bukber bareng orang tua tercinta.

Pasar Senggol Gorontalo

Untuk kebutuhan lebaran tahun 2025, khususnya untuk anak-anakku kami putuskan untuk mencarinya di Pasar Senggol Gorontalo. Walaupun sudah kami siapkan pakaian lebaran mereka sejak dari Kota Marisa, namun masih ada beberapa yang masih kurang. Sebab selain menyiapkan pakaian untuk salat Id, penting juga untuk memastikan semua perlengkapan ibadah, seperti sajadah untuk suamiku dan mukenaku.

Pilihan kami adalah Pasar Senggol Gorontalo. Sayangnya, Pasar yang dibuka sejak awal Ramadan 1446 Hijriah ini terlihat lengang. Kondisi ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang selalu ramai oleh pembeli.

Mungkin orang-orang di zaman sekarang lebih senang belanja secara Online, sehingga berefek pada sepinya Pasar Senggol Gorontalo. Ada beberapa penyebab orang makin gandrung untuk melakukan belanja melalui online, yakni menghindari kemacetan di jalan, tanpa perlu repot mendatangi pusat perbelanjaan, orang-orang sudah bisa memperoleh barang yang diinginkan hanya dengan mengakses internet melalui gadget atau smartphone kesayangannya.

Selain itu, orang-orang menemukan kenyamanan saat belanja online, seperti promo-promo, cicilan yang ringan jika memanfaatkan belanja secara kredit, bisa COD dan barangnya tinggal tunggu di rumah sambil tidur-tiduran.

Hanya beberapa spot di Pasar Senggol Gorontalo yang kami kunjungi untuk memenuhi kebutuhan lebaran. Diantaranya area pertokoan Sama Jaya dan area pertokoan Ira di Jalan Imam Bonjol.

Salat Idul Fitri

Pagi hari kami sekeluarga melaksanakan sholat Idul Fitri berjamaah di masjid dekat rumah, Masjid At-Tawakkal Kelurahan Buladu.

Setelah kembali dari masjid, saling maaf-maafan dengan Suami, Papa dan Mama Mertua, saudara dan semua kerabat Suamiku. Tak lupa juga mengunjungi dan saling maaf memaafkan dengan tetangga-tetangga terdekat yang masih rumpun keluarga juga. Menikmati hidangan makanan lebaran di rumahnya Mama Wita dan Ma'ade, adik mama mertuaku.

Baju Lebaran

Mereka bertiga, Suami dan kedua anakku yang anti warna Pink dan tiba-tiba jadi suka pakai baju lebaran warna pink itu sesuatu banget. Apalagi si Azka, paling gak suka warna Pink, katanya itu warna cewek. Ia yang paling menolak saat dipakaikan baju warna pink.

Entah kenapa pilihannya jatuh ke warna Pink. Awal ramadhan saja, aku dan suami belum menentukan warna baju lebaran, ehh tiba-tiba pilihannya jatuh ke Pink. Semua serba kebetulan dan endingnya couple baju lebaran warna Pink disukai suami dan anak-anak.

Mumpung lagi pakai baju lebaran, apalagi dresscode lebaran tahun ini jatuh ke warna faovitku, Pink, maka tak lupa mengabadikannya lewat foto-foto. Spot yang kami pilih adalah Area kawasan Center Poin Bone Bolango dan Masjid Baiturrahim Kota Gorontalo.

Fotografernya sudah pasti suamiku, hehe.. dan ini foto-fotonya.

Jalan-Jalan dan Silaturahmi
Di Hari Raya Idul Fitri 1446 H, Kami sekeluarga jalan-jalan bersilaturahmi ke rumah keluarga, diantaranya ke Rumah Paman Suamiku, Papa Ari yang lagi sakit dan Berkunjung ke rumahnya Opa Kembar saudara dari mama mertuaku. Sorenya kami bersilaturahmi di rumahnya Tante Suamiku di Kecamatan Limboto. Makan dan ngumpul bareng, serta shalat maghrib berjamaah.

Hari Raya kedua Berkunjung ke rumah tantenya suamiku, Ibu Nurhajati Ismullah di kompleks SDN No.7 Kota Barat, Kelurahan Tenilo dan Saudara Sepupu suamiku, Mama Fira di kompleks Mess Haji Gorontalo.

Malamnya, menerima dan bersua dengan saudara sepupu suamiku dari keluarga Papa Mertua, yang datang dari Isimu, Batudaa Bongomeme, Kampung Bugis semuanya berkumpul di rumahnya Umi Evy. Seru silaturahminya karena sudah lama tak berjumpa, 1 kali dalam setahun hanya dalam momen Hari Raya Idul Fitri.

Silaturahmi merupakan saat yang tepat untuk mempererat hubungan persaudaraan dan persahabatan, serta berbagi kebahagian bersama. Dalam satu tahun, ada banyak kejadian yang tidak sempat didengar atau diketahui seperti pernikahan dan kelahiran. Jadinya ngobrol bebas topik sambil tertawa bersama, bisa lebih mengenal ponakan dan keluarga-keluarga dekat lainnya.

THR Anak-anak

Salah satu hal yang paling dinantikan anak-anak saat hari raya adalah mendapatkan THR dari sanak saudara, tetangga, atau bahkan orang yang baru mereka kenal. Termasuk kedua anakku, Azka dan Arka. Kalau di daerah Gorontalo tradisi ini namanya “Zakati”. Bagi mereka mengumpulkan uang dengan pecahan Rp.2.000, Rp 5.000, Rp.10.000 bahkan Rp.50.000 merupakan kebahagiaan tersendiri.

Azka dan Arka selalu membandingkan jumlah yang didapat, menghitungnya berulang kali, dan sering kali menyimpan uang tersebut dengan hati-hati. Sesekali bolak balik ke warung membeli jajanan atau mainan. Si Azka lebih memilih menabung, katanya untuk digunakan tambahan biaya service Play Station 4 miliknya yang lagi rusak programnya.


Oh iya, aku gak pernah ajari mereka atau dengan sengaja mengerahkan anak-anakku untuk berkeliling menemui banyak orang untuk mengumpulkan uang. Aku sadar, ini tentu pendidikan yang tidak baik untuk anak-anakku. Secara spontan mereka senang ketika diberi uang oleh sanak keluarga.

Azka dan Arka hingga saat ini belum mengetahui nominal uang yang mereka pegang. Tak peduli berapa nominalnya, mereka selalu senang menerima amplop berisi uang saat mereka mengucapkan "minal aidin wal faidzin" dan bersalaman dengan orang dewasa.

Tradisi ini bukan hanya memberi kesenangan sesaat pada mereka, tapi juga mengajarkan nilai-nilai penting dalam kehidupan, terutama berbagi dan bersedekah.

Pulang Kampung Part 2

Pulang kampong part duanya, yakni rute dari Kelurahan Buladu menuju Kelurahan Upai Kotamobagu. Selama lebaran hari pertama dan hari kedua aku masih berada di Kampung halaman suamiku. Hingga tiba saatnya kami mudik ke Kampung halamanku, Upai Kotamobagu di tanggal 2 April 2025, dengan menggunakan Bus jaya Indah melalui Terminal Bus Dungingi dan menempuh perjalanan selama lebih kurang 7 Jam.

Alhamdulillah sampai juga di Kampung halaman. Tiba di Terminal Bonawang sekitar pukul 15.30 WITA dan dijemput adikku, Pipit. Masya Allah Azka dan Arka Bahagia sekali bertemu Aunty, Aku juga bahagia seluruh keluarga menunggu kedatangan kami.

Kami rencanakan cukup 3 (tiga) hari saja di kampungku, mulai tanggal 3 April s.d 5 april 2025. Setibanya di Upai, aku dan suami bersilaturahmi ke semua keluarga di Kelurahan Upai dan Kelurahan Biga sekitarnya.

Besoknya gelar acara makan-makan bareng keluarga sekalian merayakan Ulang Tahun Arkanaraya yang ke-7, dengan menu makanan tradisional yang sederhana, seperti Nasi kuning, mie ojo, mie cakalang, pisang goroho dabu-dabu kepala ikan.

Tak lupa, kami ziarah ke makam Papaku di Pekuburan Umum Kelurahan Upai dan ke makam Papa Ayu (Tete Eet) di Pekuburan Kelurahan Biga, kedua orang tua kami yang tahun ini tak lagi merayakan Lebaran bersama kami. Sedih rasanya Kehilangan 2 sosok pengayom dalam keluarga. Alfatihah Papa, Alfatihah Opa.

Selama di Kampung aku puas-puasin deh kebersamaan bersama keluarga tercinta. Tepat tanggal 6 April kami balik lagi ke tanah rantau, Kota Marisa Kabupaten Pohuwato. Membawa banyak ole-ole dari sanak family.

Syukur moanto Oma' Hj Biga, Madam Caca Salsabila Mokoginta, Umi Baay Zeva Wanti Manggopa. Terima kasih atas ole-olenya, Semoga Allah akan balas kebaikannya, senantiasa sehat selalu dan dimudahkan rezekinya. Aamiin.

Sekian ya ceritaku selama mudik Lebaran Tahun 2025. Semoga kita semua, pembaca diaryku tetap dalam kondisi sehat wal'afiat dan insya Allah tetap dipertemukan dengan Ramadhan dan Lebaran tahun depan. Aamiin

2 comments:

  1. Selamat hari Raya Idu Fitri 1446 H, Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin

    BalasHapus
  2. Selamat Merayakan Idul Fitri 1446 H

    BalasHapus

Hai sobat diary... Terima kasih sudah berkunjung ke diaryku. Semoga tulisannya bermanfaat. Jangan lupa beri Komentar, bisa saran atau tanggapan dari tulisanku sebagai bahan evaluasi nanti. Sering-seringlah mampir ke Diaryku ya? Aku pasti akan melakukan kunjungan balik ke blog teman-teman dan menjalin persahabatan.

Salam
Naya

Komentar Sahabat

Sahabat Diary