Hallo soba diary.. apakah Anda salah satu pecinta kucing? Kalo iya, berarti sama dong... hehe.. Kucing adalah hewan yang mempunyai daya tarik tersendiri karena bentuk tubuhnya, mata dan warna bulu yang beraneka ragam, ditambah aksi-aksinya yang lucu dan menggemaskan.
Seputar kucing, aku jadi teringat mendiang nenekku (Nenek Ayu) ibu dari mamaku di kampung halaman yang suka memelihara kucing. Sekitar tahun 90-an. Dua ekor kucing kampung, satu ekor berwarna hitam dipanggil ONGKI dan kucing putih bernama KELINCI. Lucu ya? kucing kok diberi nama satwa lain. Mungkin karena dari warnanya yang mirip monyet dan mirip kelinci.
Nenekku merawatnya dengan penuh kasing sayang. Zaman dulu belum ada yang namanya Grooming Cat, memandikan kucing, treatment, perawatan kuku, telinga dan mata kucing seperti saat ini, jadi perawatannya alami banget dan kucing juga hidupnya secara alami, makan tidur main berburu, makan tidur main berburu, begitu seterusnya.
Kok malah jadi cerita tentang kucing nenekku tempo dulu..
Diary, Aku sebenarnya mau curhat... Ramadhan kemarin, aku dan suamiku mengadopsi Kucing Kampung yang hidupnya liar. Karena kesibukan di bulan Ramadhan, maka baru sekarang bisa nulis cerita tentang Adopsi kucing di blog.
Berawal dari anakku, Azkaraynar yang suka bermain dengan anak kucing, maka kami pun mengaminkan keinginannya. Terus terang aku masih sangat "ragu" merawat seekor kucing, mengingat aktivitasku dan suamiku yang super sibuk di kantor. Takut jika mengabaikan kebutuhan kucing, takut nantinya bukan merawat malah menyiksa kucing, mengurungnya tanpa memperhatikan kebutuhannya secara alami.
Saat itu, Ramadhan 1445 H hari ke-22, tanggal 2 April 2024, tepat Ulang Tahun Ade Arkana. Setelah berbuka puasa, Azka dan ayahnya Sholat maghrib di salah satu masjid yang ada di Jalan Trans Sulawesi, kompleks Hotel Golden Sri Marisa, yakni Masjid Baiturrahim Desa Palopo.
Usai maghrib gerimis mulai turun. Terdengar rintihan kucing kecil dari arah semak-semak dibawah pos jaga area pagar masjid. Azka spontan memberitahukan ayahnya kalo ada anak kucing disitu. Ia sendirian di pinggir jalan, suaranya merintih memilukan. Sebelah matanya belekan tertutup kotoran mata.
Azka langsung bilang ke ayahnya, "Ayah, Anak kucing ini dibawa saja. Abo' suka...!!". Karena lagi gerimis, maka suamiku langsung meng-iyakan, angkut dan bawa ke rumah. Kebetulan anak kucingnya Jenis Stray Cat, yakni Kucing jalanan yang hidupnya berada di area pemukiman, tapi gak ada pemiliknya.
Oyen Kecil pertama kali diadopsi
Setiba di rumah, aku heran mereka berdua (suami dan anakku) gak langsung masuk rumah, malah sibuk ngurus anak kucing. Terlihat mereka membersihkan belekan di area mata anak kucing dengan tisu basah. Batinku ini apaan lagi, aku masih mengabaikan, tapi si Azka aku lihat sangat senang punya mainan baru. Apalagi ia gak ada teman bermain. Adiknya, Arkana lagi liburan di Rumah Ba'ay, Kotamobagu. Otomatis si Azka sangat kesepian.
Ia langsung request ke ayahnya untuk membuatkan rumah anak kucing dari Kardus. Azka pun memberinya nama OYEN. Walau warnanya gak pure orange, karena kombinasi corak warna orange dan putih, ia memanggilnya Oyen.
Malam itu juga aku dan suamiku saling tolak menolak tentang keberadaan anak kucing di rumah. Suamiku iya iya saja, aku malah tidak serius menanggapi keinginan Azka walau sebenarnya aku suka kucing, tapi bukan kucing liar atau kucing jalanan. Aku hanya memikirkan tentang kondisinya kalo lagi di rumah, gimana kondisinya kalo ditinggal sendirian di rumah saat kerja, gimana kesehariannya kalo kita semua pulang kampung halaman.
Suamiku pun membuat satu keputusan yang harus diterima oleh kami se-keluarga, bahkan oleh si Azka sekalipun. Suamiku memutuskan untuk "membuang" kucing ini di area Masjid Agung Pohuwato saat Sholat Tarawih, karena di area masjid banyak juga kawanan kucing yang kesehariannya ada "orang baik" yang memberi mereka makan.
Namun, keputusan ini ada pilihan yang harus diterima juga. Jika si anak kucing kami letakkan di area motor saat sholat tarawih lalu pergi menjauh dan menghilang, maka biarkanlah ia bebas dan menentukan hidupnya sendiri di luar yang kehidupannya pasti keras di usia anak kucing yang belum bisa berburu. Tapi, jika si anak kucing tetap stay di area motor, menunggu kami sampai selesai Sholat Tarawih, maka harus dibawa pulang lagi ke rumah untuk dirawat dan diasuh. Aku dan Azka setuju.
Si Oyen pun dibawa ke Masjid Agung Baiturrahim Pohuwato saat kami mau Sholat Tarawih. Kami letakkan disamping motor, kami abaikan suaranya yang mengeong-ngeong lirih. Seolah berkata, jangan tinggalkan aku sendirian disini. Kami masuk ke Masjid dan sholat Tarawih berjamaah. Kalau si Oyen pergi menghilang, kami doakan agar ada yang mau merawat Oyen, atau paling tidak alam akan berbaik dengan nasibnya yang malang.
Saat kami keluar Masjid, si Oyen masih berada di area motor, lari-lari kecil kesana kemari gak tau arah mau kemana. Saat melihat kami, ia berlari mendekat. Kasihan banget, hatiku langsung trenyuh, betapa malang nasibmu Oyen. Aku langsung memeluknya dan membawanya lagi ke rumah, sesuai kesepakatan yang dibuat suamiku.
Setelah di rumah malam itu juga suamiku membuatkan rumah kecil dari kardus bekas air mineral untuk Oyen, sekedar menghangatkan badannya yang mungil dari dinginnya malam. Begitupun keesokan harinya, kami mengurungnya di Rumah Kardus saat pergi ke Kantor, tak lupa aku beri makanan (saat itu hanya nasi sama ikan gorang) buat si Oyen kalo lagi lapar.
Awalnya aku pikir, makanan kucing itu cukup nasi dan sisa-sisa makanan lainnya yang kami makan, yang sudah digoreng, ditumis dan lain-lain. Tapi setelah membaca informasi-informasi seputar kucing, dan menonton youtube seputar tutorial merawat anabul, ternyata makanannya yang siap saji tersedia di Petshop, atau memberinya ikan yang cukup direbus saja tanpa dibumbui. Maafkan Nak Oyen, Harap dimaklumi ya Oyen.. Babu-mu ini masih newbie soal perkucingan.. hehe..
Ternyata sobat Diary, suamiku pun diam-diam sering menonton tutorial merawat anabul haha.. Rupanya dia juga lagi kena Sindrom Cinta Anabul. Walhasil, pernak-pernik anak kucing pun auto lengkap di rumah, mulai Pasir kucing dan litter box-nya, pakan kering (Dry Food) dan pakan basah (Wet Food) untuk Kitten, vitamin dan obat-obatan, pokoknya lengkap dah...
Perlengkapan Oyen saat mudik
Bahkan Pet Cargonya si Oyen disiapkan juga plus popok kucing haha.., mengingat si Oyen join di keluarga ini menjelang kami mau mudik ke kampung halaman. Sempat berpikir kalau kami mudik pulang kampung si Oyen mau dititipkan kemana gitu... Bingung dan rasa kasihan juga. Lalu aku dan suamiku memutuskan untuk membawanya pulang mudik ke Kampung Halaman. Ribet dah si Oyen, tapi kami sangat menikmatinya.
Oyen di Upai Kotamobagu
Dengan penuh drama, si Oyen pun ikut bersama kami pulang ke Buladu dan lanjut mudik ke Kelurahan Upai Kotamobagu. Hingga catatan ini aku tuliskan di blog, si Oyen berada di Kotamobagu, ia makin tumbuh sehat dan lincah menggemaskan.
Sehat slalu OYEN...
Seputar kucing, aku jadi teringat mendiang nenekku (Nenek Ayu) ibu dari mamaku di kampung halaman yang suka memelihara kucing. Sekitar tahun 90-an. Dua ekor kucing kampung, satu ekor berwarna hitam dipanggil ONGKI dan kucing putih bernama KELINCI. Lucu ya? kucing kok diberi nama satwa lain. Mungkin karena dari warnanya yang mirip monyet dan mirip kelinci.
Nenekku merawatnya dengan penuh kasing sayang. Zaman dulu belum ada yang namanya Grooming Cat, memandikan kucing, treatment, perawatan kuku, telinga dan mata kucing seperti saat ini, jadi perawatannya alami banget dan kucing juga hidupnya secara alami, makan tidur main berburu, makan tidur main berburu, begitu seterusnya.
Kok malah jadi cerita tentang kucing nenekku tempo dulu..
Diary, Aku sebenarnya mau curhat... Ramadhan kemarin, aku dan suamiku mengadopsi Kucing Kampung yang hidupnya liar. Karena kesibukan di bulan Ramadhan, maka baru sekarang bisa nulis cerita tentang Adopsi kucing di blog.
Berawal dari anakku, Azkaraynar yang suka bermain dengan anak kucing, maka kami pun mengaminkan keinginannya. Terus terang aku masih sangat "ragu" merawat seekor kucing, mengingat aktivitasku dan suamiku yang super sibuk di kantor. Takut jika mengabaikan kebutuhan kucing, takut nantinya bukan merawat malah menyiksa kucing, mengurungnya tanpa memperhatikan kebutuhannya secara alami.
Saat itu, Ramadhan 1445 H hari ke-22, tanggal 2 April 2024, tepat Ulang Tahun Ade Arkana. Setelah berbuka puasa, Azka dan ayahnya Sholat maghrib di salah satu masjid yang ada di Jalan Trans Sulawesi, kompleks Hotel Golden Sri Marisa, yakni Masjid Baiturrahim Desa Palopo.
Usai maghrib gerimis mulai turun. Terdengar rintihan kucing kecil dari arah semak-semak dibawah pos jaga area pagar masjid. Azka spontan memberitahukan ayahnya kalo ada anak kucing disitu. Ia sendirian di pinggir jalan, suaranya merintih memilukan. Sebelah matanya belekan tertutup kotoran mata.
Azka langsung bilang ke ayahnya, "Ayah, Anak kucing ini dibawa saja. Abo' suka...!!". Karena lagi gerimis, maka suamiku langsung meng-iyakan, angkut dan bawa ke rumah. Kebetulan anak kucingnya Jenis Stray Cat, yakni Kucing jalanan yang hidupnya berada di area pemukiman, tapi gak ada pemiliknya.
Setiba di rumah, aku heran mereka berdua (suami dan anakku) gak langsung masuk rumah, malah sibuk ngurus anak kucing. Terlihat mereka membersihkan belekan di area mata anak kucing dengan tisu basah. Batinku ini apaan lagi, aku masih mengabaikan, tapi si Azka aku lihat sangat senang punya mainan baru. Apalagi ia gak ada teman bermain. Adiknya, Arkana lagi liburan di Rumah Ba'ay, Kotamobagu. Otomatis si Azka sangat kesepian.
Ia langsung request ke ayahnya untuk membuatkan rumah anak kucing dari Kardus. Azka pun memberinya nama OYEN. Walau warnanya gak pure orange, karena kombinasi corak warna orange dan putih, ia memanggilnya Oyen.
Malam itu juga aku dan suamiku saling tolak menolak tentang keberadaan anak kucing di rumah. Suamiku iya iya saja, aku malah tidak serius menanggapi keinginan Azka walau sebenarnya aku suka kucing, tapi bukan kucing liar atau kucing jalanan. Aku hanya memikirkan tentang kondisinya kalo lagi di rumah, gimana kondisinya kalo ditinggal sendirian di rumah saat kerja, gimana kesehariannya kalo kita semua pulang kampung halaman.
Suamiku pun membuat satu keputusan yang harus diterima oleh kami se-keluarga, bahkan oleh si Azka sekalipun. Suamiku memutuskan untuk "membuang" kucing ini di area Masjid Agung Pohuwato saat Sholat Tarawih, karena di area masjid banyak juga kawanan kucing yang kesehariannya ada "orang baik" yang memberi mereka makan.
Namun, keputusan ini ada pilihan yang harus diterima juga. Jika si anak kucing kami letakkan di area motor saat sholat tarawih lalu pergi menjauh dan menghilang, maka biarkanlah ia bebas dan menentukan hidupnya sendiri di luar yang kehidupannya pasti keras di usia anak kucing yang belum bisa berburu. Tapi, jika si anak kucing tetap stay di area motor, menunggu kami sampai selesai Sholat Tarawih, maka harus dibawa pulang lagi ke rumah untuk dirawat dan diasuh. Aku dan Azka setuju.
Si Oyen pun dibawa ke Masjid Agung Baiturrahim Pohuwato saat kami mau Sholat Tarawih. Kami letakkan disamping motor, kami abaikan suaranya yang mengeong-ngeong lirih. Seolah berkata, jangan tinggalkan aku sendirian disini. Kami masuk ke Masjid dan sholat Tarawih berjamaah. Kalau si Oyen pergi menghilang, kami doakan agar ada yang mau merawat Oyen, atau paling tidak alam akan berbaik dengan nasibnya yang malang.
Saat kami keluar Masjid, si Oyen masih berada di area motor, lari-lari kecil kesana kemari gak tau arah mau kemana. Saat melihat kami, ia berlari mendekat. Kasihan banget, hatiku langsung trenyuh, betapa malang nasibmu Oyen. Aku langsung memeluknya dan membawanya lagi ke rumah, sesuai kesepakatan yang dibuat suamiku.
Setelah di rumah malam itu juga suamiku membuatkan rumah kecil dari kardus bekas air mineral untuk Oyen, sekedar menghangatkan badannya yang mungil dari dinginnya malam. Begitupun keesokan harinya, kami mengurungnya di Rumah Kardus saat pergi ke Kantor, tak lupa aku beri makanan (saat itu hanya nasi sama ikan gorang) buat si Oyen kalo lagi lapar.
Awalnya aku pikir, makanan kucing itu cukup nasi dan sisa-sisa makanan lainnya yang kami makan, yang sudah digoreng, ditumis dan lain-lain. Tapi setelah membaca informasi-informasi seputar kucing, dan menonton youtube seputar tutorial merawat anabul, ternyata makanannya yang siap saji tersedia di Petshop, atau memberinya ikan yang cukup direbus saja tanpa dibumbui. Maafkan Nak Oyen, Harap dimaklumi ya Oyen.. Babu-mu ini masih newbie soal perkucingan.. hehe..
Ternyata sobat Diary, suamiku pun diam-diam sering menonton tutorial merawat anabul haha.. Rupanya dia juga lagi kena Sindrom Cinta Anabul. Walhasil, pernak-pernik anak kucing pun auto lengkap di rumah, mulai Pasir kucing dan litter box-nya, pakan kering (Dry Food) dan pakan basah (Wet Food) untuk Kitten, vitamin dan obat-obatan, pokoknya lengkap dah...
Bahkan Pet Cargonya si Oyen disiapkan juga plus popok kucing haha.., mengingat si Oyen join di keluarga ini menjelang kami mau mudik ke kampung halaman. Sempat berpikir kalau kami mudik pulang kampung si Oyen mau dititipkan kemana gitu... Bingung dan rasa kasihan juga. Lalu aku dan suamiku memutuskan untuk membawanya pulang mudik ke Kampung Halaman. Ribet dah si Oyen, tapi kami sangat menikmatinya.
Dengan penuh drama, si Oyen pun ikut bersama kami pulang ke Buladu dan lanjut mudik ke Kelurahan Upai Kotamobagu. Hingga catatan ini aku tuliskan di blog, si Oyen berada di Kotamobagu, ia makin tumbuh sehat dan lincah menggemaskan.
Sehat slalu OYEN...
Semoga Oyen tumbih sihat dan menggemaskan
BalasHapusAamiin.. Terima Kasih doanya
Hapus